Sabtu, 01 September 2012

Sabtu, 1 September , di sudut kamar. 23.20 wib.


Dear, Bututku :)
Hhh’ setelah kepergianmu malam ini, kau tau apa yang sedang kulakukan sekarang? Tak banyak.. Tak seperti malam kemarin, ketika kita menghabiskan waktu bersama-sama hanya untuk bercengkrama di lesehan tempat makan :) Hanya moment sederhana yang kita ciptakan, tapi manis saat kukenang sebagai pengantar tidur :) Sudah pernah kubilang, semua itu karena, “kita begitu manis, begitu mengagumkan, begitu sulit dilupakan”.
Malam ini, ketika tak ada kamu lagi.. Aku tak tahu apa yang ingin kulakukan, setelah beberapa jam yang lalu aku meluangkan waktu untuk bersujud pada Allah. Well, satu hal yang pasti. Aku tak pernah lupa, aku tak pernah bosan. Bercerita padaNya tentang kamu, tentang kita.. Jangan lupa yaa, bersyukurlah padaNya sayang :)
Emm.. Kemudian apa lagi setelah itu? Oh yaa. Aku bahkan sempat menerima beberapa pesan singkatmu. Diantara beberapa smsmu itu, kamu berpesan, …teteh maem dulu sana, terus mimi obat biar cepet sembuh…” :) Hmm.. Perhatian itu sederhana yaa. Aku tersentuh oleh perhatiannya, dan tiba-tiba ada perasaan hangat yang kurasakan. Percaya tidak? Hanya beberapa kata saja bisa membuat aku tersenyum kecil :) Ahh, awalnya aku tidak mengerti apa itu. Apakah isi pesan singkatmu itu hanya sekadar untuk membuatku senang? Ataukah aku yang mengartikannya terlalu berlebihan? Tapi harus kuakui, dari dulu- kau memang begitu. Kau memang sosok yang sangat perhatian sayang :) Terimakasih..
And then, kembali ke bagian awal. Aku masih tak tahu apa yang harus kulakukan untuk menghapus kekosongan ini. Membaca novel? Ahh, yang benar saja.. Membaca, tetapi pikiranku menerawang jauh kemana-mana. Tak tentu arah. Tak fokus pada bacaan, untuk apa? Padahal ada dua novel pemberianmu yang belum sempat kubaca. Kusimpan rapi dimeja belajar. Bagiku, kedua novel itu terlihat begitu.. “menggairahkan” :D (makasih yaa, novelnya.. :) ) Tapi mungkin, inilah waktuku untuk bercengkrama dengan leppy (lagi) yang sudah cukup lama terabaikan olehku. Aku tahu, Ini bukan pertama kalinya aku meluangkan waktu berjam-jam di depan leppy hanya untuk bercerita sedikit tentang aku dan kamu, yang kusebut “kita”. Bahkan rasanya sudah lama aku tidak melakukan hal ini. Seperti dulu, yang sering kulakukan saat aku merasa kesepian, saat tak ada seorang teman nyata, yang mau menyediakan telinganya hanya untuk mendengar ceritaku yang tidak menarik..
Tentu saja, kekosongan dan kesepian malam ini sudah kurasakan sedari tadi. Rasanya masih tetap sama. Disini yang kudengar, hanya suara detak-detik jarum jam yang sedang berusaha memecah heningannya malamku. Padahal kuharap, yang ku dengar adalah suaramu.. Disini yang kurasa, aku hanya bisa berbisik lirih memanggil namamu dalam hati dan mendengar suaraku sendiri. Meski mataku tertuju pada layar monitor, yang sesekali melirik barisan huruf qwerty, dan mulai menarikan jemari, tetapi pikiranku menerawang jauh. Yang pasti, membayangkan seluruh hal yang berkaitan dengan kenangan kita. Maksudku, tentang bagaimana aku melewati dua hari ini denganmu :) Dan entah mengapa, duduk sendiri di sudut kamar terasa jauh lebih menyenangkan :) Bukankah ini cara terbaik untuk mempertahankan kewarasanku agar aku tak larut dalam kesedihan?


Dear, Bututku :)
Aku menulis ini, ketika kau masih dalam perjalanan pulang Tegal-Semarang. Tak ada seorang pun yang tahu bagaimana aku sekarang. Termasuk kamu. Hanya air mata yang selalu tahu, seberapa sedihnya perpisahan yang sedang kulalui. Apa kau tahu? Aku benar-benar sedang mencoba berusaha menerima hal ini dengan tenang. Menerima kepergianmu, maksudku. Kenapa? Yaa.. Karena, tidak ada alasan bagiku mengapa aku harus bersedih :) Iya kan? Bukankah hari ini aku bahagia, bisa bertemu denganmu lagi setelah empat bulan lamanya kita tak bertatap mata? Bukankah ini yang kuinginkan, bisa menghabiskan detik demi detik waktu kita yang berubah menjadi menit, kemudian jam, dan hari bersama-sama..
Hmm.. Bicara tentang perpisahan, aku tahu bahwa itu sudah pasti akan terjadi. Hhh’  Apapun  itu yang kita sebut dengan perpisahan, semua rasanya memang sangat menyesakkan. Tidak bisa didefinisikan lagi. Tapi bukankah perpisahan  itu mengajarkan kita agar bisa lebih menghargai sebuah pertemuan?  Bukankah setiap pertemuan itu adalah perpisahan yang tertunda? Aku seharusnya bisa mengingat itu. Aku sudah berkali-kali berusaha mencamkan kalimat itu jauh dalam sudut otakku yang sempit setiap kali aku dihadapkan oleh kenyataan pahit yang disebut dengan “perpisahan”.
Dan lihatlah sayang, diakhir kebersamaan kita, kamu tak melihatku menangis lagi kan? :) aku masih bisa tersenyum saat melihatmu pergi.. Aku berhasil menahan diri tidak menitikkan air mata dihadapanmu untuk yang kesekian kalinya, ketika aku dihadapkan pada sebuah perpisahan, ketika aku harus mengikhlaskanmu pergi.. Meski pun itu berarti, aku sedang berpura-pura tersenyum untuk menutupi kesedihan. Tapi kau pasti lebih mengerti, bahwa selalu ada alasan di baliknya mengapa aku menukarkan air mata dengan senyum kepura-puraan. Ahh, sesekali memakai topeng boleh kan? Aku memang tak pandai berbohong. Aku juga tak pandai bersandiwara. Hanya saja, aku ingin membuat keadaan kita tidak terasa semakin menyedihkan :) Aku tak mau merasakan perasaan  terlalu sedih begitu dalam, seperti “dulu” saat pertama kali aku harus melepas kepergianmu.. Aku juga tak mau merasa sangat bersalah (lagi) sudah merusak moment kebersamaan kita jika aku menangis didepanmu.
Mungkin disisi lain, itu juga karena aku sudah terbiasa menikmati keadaan ini :’) Aku sudah lebih bisa mengendalikan diri (sedikit) untuk tidak menangis diakhir perjumpaan kita. Dan ini membuatku sadar bahwa, secara tak langsung sudah kamu mengajarkanku untuk tegar.. setegar yang selama ini kau tunjukkan padaku :) Terimakasih sayang..


Dear, Bututku :)
Hari sudah semakin malam. Tapi aku belum juga tidur. Padahal aku tahu, obat yang kuminum tadi bisa menyebabkan kantuk. Tapi aku masih betah menunggumu. Hhh’ Kadang, menunggu memang tak memiliki batas waktu yaa. Aku tahu itu. Tapi aku tak tahu sampai kapan aku akan berdiam diri seperti ini.
Sampai aku tahu kamu sudah tiba di Semarang dengan selamat, mungkin.


............
............
............


Dear, Bututku :)
Apa kau sudah lelah membaca tulisanku? Apa kau sudah bosan dengan tulisanku yang melulu tentang kita?
Baiklah.. Saat aku mengusaikan tulisan ini, saat itu pula aku mendapat kabar darimu sudah tiba di Semarang :)
Alhamdulillah..
Sekarang,pada akhirnya kita kembali terpisahkan oleh jarak, saling berjauhan. Tapi itu bukan apa-apa, gak seberapa. Yaa kan? Karena aku selalu memelukmu dalam do’a :)
Terimakasih untuk dua hari ini..
Jangan lupa yaa.. Aku sayang Kamu, Kurniawan Restu Widodo :)

 
Regards, Gina Meila :)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar