Dear, Bututku :)
Hhh’ setelah kepergianmu malam ini, kau tau apa yang
sedang kulakukan sekarang? Tak banyak.. Tak seperti malam kemarin, ketika kita
menghabiskan waktu bersama-sama hanya untuk bercengkrama di lesehan tempat
makan :) Hanya moment sederhana yang kita ciptakan, tapi manis saat kukenang sebagai
pengantar tidur :) Sudah pernah kubilang, semua itu karena, “kita begitu
manis, begitu mengagumkan, begitu sulit dilupakan”.
Malam ini, ketika tak ada kamu lagi.. Aku tak tahu apa yang
ingin kulakukan, setelah beberapa jam yang lalu aku meluangkan waktu untuk
bersujud pada Allah. Well, satu hal yang pasti. Aku tak pernah lupa, aku tak
pernah bosan. Bercerita padaNya tentang kamu, tentang kita.. Jangan lupa yaa,
bersyukurlah padaNya sayang :)
Emm.. Kemudian apa lagi setelah itu? Oh yaa. Aku bahkan sempat
menerima beberapa pesan singkatmu. Diantara beberapa smsmu itu, kamu berpesan, “…teteh
maem dulu sana, terus mimi obat biar cepet sembuh…” :) Hmm.. Perhatian itu
sederhana yaa. Aku tersentuh oleh perhatiannya, dan tiba-tiba ada perasaan
hangat yang kurasakan. Percaya tidak? Hanya beberapa kata saja bisa membuat aku
tersenyum kecil :) Ahh, awalnya aku tidak mengerti apa itu. Apakah isi pesan
singkatmu itu hanya sekadar untuk membuatku senang? Ataukah aku yang
mengartikannya terlalu berlebihan? Tapi harus kuakui, dari dulu- kau memang begitu.
Kau memang sosok yang sangat perhatian sayang :) Terimakasih..
And then, kembali ke bagian awal. Aku masih tak tahu apa
yang harus kulakukan untuk menghapus kekosongan ini. Membaca novel? Ahh, yang
benar saja.. Membaca, tetapi pikiranku menerawang jauh kemana-mana. Tak tentu
arah. Tak fokus pada bacaan, untuk apa? Padahal ada dua novel pemberianmu yang belum
sempat kubaca. Kusimpan rapi dimeja belajar. Bagiku, kedua novel itu terlihat begitu..
“menggairahkan” :D (makasih yaa, novelnya.. :) ) Tapi mungkin, inilah
waktuku untuk bercengkrama dengan leppy (lagi) yang sudah cukup lama terabaikan
olehku. Aku tahu, Ini bukan pertama kalinya aku meluangkan waktu berjam-jam di
depan leppy hanya untuk bercerita sedikit tentang aku dan kamu, yang kusebut
“kita”. Bahkan rasanya sudah lama aku tidak melakukan hal ini. Seperti dulu,
yang sering kulakukan saat aku merasa kesepian, saat tak ada seorang teman
nyata, yang mau menyediakan telinganya hanya untuk mendengar ceritaku yang
tidak menarik..
Tentu saja, kekosongan dan kesepian malam ini sudah
kurasakan sedari tadi. Rasanya masih tetap sama. Disini yang kudengar, hanya
suara detak-detik jarum jam yang sedang berusaha memecah heningannya malamku. Padahal
kuharap, yang ku dengar adalah suaramu.. Disini yang kurasa, aku hanya bisa berbisik
lirih memanggil namamu dalam hati dan mendengar suaraku sendiri. Meski mataku
tertuju pada layar monitor, yang sesekali melirik barisan huruf qwerty, dan
mulai menarikan jemari, tetapi pikiranku menerawang jauh. Yang pasti,
membayangkan seluruh hal yang berkaitan dengan kenangan kita. Maksudku, tentang
bagaimana aku melewati dua hari ini denganmu :) Dan entah mengapa, duduk sendiri
di sudut kamar terasa jauh lebih menyenangkan :) Bukankah ini cara terbaik
untuk mempertahankan kewarasanku agar aku tak larut dalam kesedihan?
Dear, Bututku :)
Aku menulis ini, ketika kau masih dalam perjalanan pulang
Tegal-Semarang. Tak ada seorang pun yang tahu bagaimana aku sekarang. Termasuk
kamu. Hanya air mata yang selalu tahu, seberapa sedihnya perpisahan yang sedang
kulalui. Apa kau tahu? Aku benar-benar sedang mencoba berusaha menerima hal ini
dengan tenang. Menerima kepergianmu, maksudku. Kenapa? Yaa.. Karena, tidak ada
alasan bagiku mengapa aku harus bersedih :) Iya kan? Bukankah hari ini aku
bahagia, bisa bertemu denganmu lagi setelah empat bulan lamanya kita tak
bertatap mata? Bukankah ini yang kuinginkan, bisa menghabiskan detik demi detik
waktu kita yang berubah menjadi menit, kemudian jam, dan hari bersama-sama..
Hmm.. Bicara tentang perpisahan, aku tahu bahwa itu sudah
pasti akan terjadi. Hhh’ Apapun itu yang kita sebut dengan perpisahan, semua
rasanya memang sangat menyesakkan. Tidak bisa didefinisikan lagi. Tapi bukankah
perpisahan itu mengajarkan kita agar
bisa lebih menghargai sebuah pertemuan? Bukankah
setiap pertemuan itu adalah perpisahan yang tertunda? Aku seharusnya bisa
mengingat itu. Aku sudah berkali-kali berusaha mencamkan kalimat itu jauh dalam
sudut otakku yang sempit setiap kali aku dihadapkan oleh kenyataan pahit yang
disebut dengan “perpisahan”.
Dan lihatlah sayang, diakhir kebersamaan kita, kamu tak
melihatku menangis lagi kan? :) aku masih bisa tersenyum saat melihatmu pergi..
Aku berhasil menahan diri tidak menitikkan air mata dihadapanmu untuk yang
kesekian kalinya, ketika aku dihadapkan pada sebuah perpisahan, ketika aku
harus mengikhlaskanmu pergi.. Meski pun itu berarti, aku sedang berpura-pura
tersenyum untuk menutupi kesedihan. Tapi kau pasti lebih mengerti, bahwa selalu
ada alasan di baliknya mengapa aku menukarkan air mata dengan senyum
kepura-puraan. Ahh, sesekali memakai topeng boleh kan? Aku memang tak pandai
berbohong. Aku juga tak pandai bersandiwara. Hanya saja, aku ingin membuat
keadaan kita tidak terasa semakin menyedihkan :) Aku tak mau merasakan perasaan terlalu sedih begitu dalam, seperti “dulu”
saat pertama kali aku harus melepas kepergianmu.. Aku juga tak mau merasa sangat
bersalah (lagi) sudah merusak moment kebersamaan kita jika aku menangis
didepanmu.
Mungkin disisi lain, itu juga karena aku sudah terbiasa
menikmati keadaan ini :’) Aku sudah lebih bisa mengendalikan diri (sedikit)
untuk tidak menangis diakhir perjumpaan kita. Dan ini membuatku sadar bahwa, secara
tak langsung sudah kamu mengajarkanku untuk tegar.. setegar yang selama ini kau
tunjukkan padaku :) Terimakasih sayang..
Dear, Bututku :)
Hari sudah semakin malam. Tapi aku belum juga tidur.
Padahal aku tahu, obat yang kuminum tadi bisa menyebabkan kantuk. Tapi aku masih
betah menunggumu. Hhh’ Kadang, menunggu memang tak memiliki batas waktu yaa.
Aku tahu itu. Tapi aku tak tahu sampai kapan aku akan berdiam diri seperti ini.
Sampai aku tahu kamu sudah tiba di Semarang dengan
selamat, mungkin.
............
............
............
Dear, Bututku :)
Apa kau sudah lelah membaca tulisanku? Apa kau sudah
bosan dengan tulisanku yang melulu tentang kita?
Baiklah.. Saat aku mengusaikan tulisan ini, saat itu pula
aku mendapat kabar darimu sudah tiba di Semarang :)
Alhamdulillah..
Sekarang,pada akhirnya kita kembali terpisahkan oleh
jarak, saling berjauhan. Tapi itu bukan apa-apa, gak seberapa. Yaa kan? Karena
aku selalu memelukmu dalam do’a :)
Terimakasih untuk dua hari ini..
Jangan lupa yaa.. Aku sayang Kamu, Kurniawan Restu Widodo
:)
Regards, Gina Meila :)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar